Gereja Stasi St.Monika, Paniki Atas

Gereja Stasi St.Monika, Paniki Atas

Selasa, 17 Juni 2014

Bacaan hari ini, 18 Juni 2014 : Kesalehan Narsistik



Pekan Biasa XI; 2 Raj 2:1.6-14; Mzm 31; Mat 6:1-6.16-18
Mat 6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Mat 6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
Mat 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Mat 6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Mat 6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
Mat 6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Renungan singkat:
Dalam tradisi Yahudi, ada tiga perbuatan yang menjadi penentu dan dasar kesalehan religius, yaitu berdoa, berpuasa, dan berderma (lih. Tobit 12:8). Yesus menunjukkan, dalam kehidupan beragama, manusia mudah terjerumus dalam kesalehan narsistik. Salah satu sifat narsis yang ditunjukkan Yesus adalah ‘ingin dilihat oleh orang di tempat umum’ (Mat 6:1.5.16). Untuk mempertahankan ‘wajah indah’ tersebut, orang lalu harus selalu ‘berganti wajah’ sesuai keadaan, seperti yang dilakukan para hupokrités atau pemain sandiwara.
Karakter para hupokrités inilah yang di kecam Yesus, karena karakter itu selalu menempatkan orang lain sebagai objek kepentingan diri. Sebagai objek, orang lain bisa menjadi kawan yang dirangkul atau lawan yang harus dihabisi. Kekristenan menuntut para pengikutnya untuk selalu membuka diri, karena hakikat iman Kristen adalah tercipta oleh rahmat dan kasih Allah.
Sumber: Alkitab dikutip dari www.imankatolik.or.id, Renungan dikutip dari www.hidupkatolik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar