Pekan Biasa XI; 2 Raj 2:1.6-14; Mzm
31; Mat 6:1-6.16-18
Mat 6:1 "Ingatlah, jangan kamu
melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika
demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Mat 6:2 Jadi apabila engkau memberi
sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang
munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:3 Tetapi jika engkau memberi
sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
Mat 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan
dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu."
Mat 6:5 "Dan apabila kamu
berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya
dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya,
supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya.
Mat 6:6 Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada
di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu.
Mat 6:16 "Dan apabila kamu
berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air
mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:17 Tetapi apabila engkau
berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
Mat 6:18 supaya jangan dilihat oleh
orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di
tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu."
Renungan singkat:
Dalam tradisi Yahudi, ada tiga
perbuatan yang menjadi penentu dan dasar kesalehan religius, yaitu berdoa,
berpuasa, dan berderma (lih. Tobit 12:8). Yesus menunjukkan, dalam kehidupan
beragama, manusia mudah terjerumus dalam kesalehan narsistik. Salah satu sifat
narsis yang ditunjukkan Yesus adalah ‘ingin dilihat oleh orang di tempat umum’
(Mat 6:1.5.16). Untuk mempertahankan ‘wajah indah’ tersebut, orang lalu harus
selalu ‘berganti wajah’ sesuai keadaan, seperti yang dilakukan para hupokrités
atau pemain sandiwara.
Karakter para hupokrités
inilah yang di kecam Yesus, karena karakter itu selalu menempatkan orang lain
sebagai objek kepentingan diri. Sebagai objek, orang lain bisa menjadi kawan
yang dirangkul atau lawan yang harus dihabisi. Kekristenan menuntut para
pengikutnya untuk selalu membuka diri, karena hakikat iman Kristen adalah
tercipta oleh rahmat dan kasih Allah.
Sumber: Alkitab dikutip dari
www.imankatolik.or.id, Renungan dikutip dari www.hidupkatolik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar