“Jangan
kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.Karena
dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui?Bagaimanakah
engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu
dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
Hai
orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
|
Menyalahkan Orang Lain |
Jangan mencari kesalahan orang yang
timpang
atau tersandung-sandung di sepanjang jalan
kehidupan,
kecuali engkau sudah mengenakan sepatu
yang dipakainya,
atau menanggung beban yang dipikulnya.
Mungkin ada paku dalam sepatunya yang
melukai kakinya,
meski tersembunyi dari pandanganmu,
beban yang ditanggungnya bila kaupikul di
punggungmu
mungkin ‘kan membuatmu tersandung pula.
Jangan terlalu keras pada orang yang
melakukan kesalahan
atau melempari dia dengan kayu atau batu
kecuali engkau yakin, ya, sangat yakin,……
bahwa kau sendiri tak punya kesalahan.
Saya memiliki
kebiasaan buruk, yang hampir semua dari Anda memilikinya juga. Menilai orang
lain dengan poin yang sangat rendah. Dengan mudah kita akan berkata, begitu
saja tak bisa, tak becus, dasar o’on, bodoh, tolol dan perkataan menyakitkan
lainnya. Saat melihat orang lain melakukan kesalahan, dengan mudahnya kita
mengetokkan palu layaknya hakim dan menundingnya dengan sinis, tanpa kita
pernah mau tahu apa alasannya atau hal-hal apa yang membuat ia melakukan hal
itu.
Giliran kita
mengalami apa yang ia alami. Atau merasakan apa yang ia rasa. Atau melakukan
apa yang ia lakukan. Belum tentu kita bisa melakukannya dengan baik, atau
jangan-jangan poin kita justru ada dibawahnya. Lihat saja para penonton bola
yang bisanya cuma teriak-teriak dan memaki-maki pemain yang sedikit saja
melakukan kesalahan. Sesekali turun ke lapangan dong, dan tunjukkan permainan
bola Anda!, demikian saya akan menantangnya.
Tak perlu
menilai orang lain, sebab kita tidak pernah tahu seperti apa kita seandainya
berada di posisinya. Belajar memahami orang lain jauh lebih baik daripada
kita mengecamnya. Kita bukan manusia yang anti kesalahan, lalu mengapa kita
begitu mudah mencaci kesalahan orang? Paling tidak kita harus pernah
mengalaminya sendiri lebih dulu, barulah kita boleh berkata-kata.
Stop menilai orang lain sebelum kita
mengalaminya lebih dulu.
Sumber : http://www.renungan-spirit.com
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar